KOMENTAR
Jun
Dec 11, 2023 4:41 AMBravo kkp mksr...petugas2nya makin handal
Surabaya - Penyakit tular vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BPP) merupakan penyakit yang menular melalui serangga yang menjadi vektor (nyamuk, lalat, lipas dan pinjal) dan tikus. Diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Pes dan Leptospirosis yang masih didapatkan di Indonesia sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan. Penyakit tular vektor dapat dicegah dengan mengendalikan kepadatan populasi vektor dan binatang pembawa penyakit. Kesiapan petugas Kantor Kesehatan Kelas I Makassar (KKP) dalam melakukan pencegahan penyakit dengan mengendalikan vektor dan binatang pembawa penyakit di pintu masuk sangat dipengaruhi oleh kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama entomolog kesehatan.
Mengantisipasi hal ini kepala KKP Kelas I Makassar, Agus Jamaludin, SKM, M.Kes, menugaskan tenaga entomolog kesehatan untuk memengikuti dan melaksanakan kegiatan On the Job Training (OJT) di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Surabaya. Dalam kesempatan ini tidak tanggung-tanggung kepala KKP Kelas I Makassar mengirimkan 9 orang sebagai peserta yang dikoordinir oleh Koordinator Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan, Amran, SKM, M.Kes untuk mengikuti kegiatan OJT sekaligus upgrade ilmu dan informasi tentang vektor dan BPP yang terfokus pada nyamuk dan tikus. Kegiatan OJT dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 8 Desember 2023.
Pada hari pertama peserta melapor dan diterima
oleh Koordinator Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL), Etty Sri Haerati,
ST, MM di kantor BBTKL Surabaya. Mewakili kepala BBTKL Surabaya, ibu Etty,
demikian sapaannya, menerima peserta OJT sekaligus memberi arahan dan petunjuk
pelaksanaan OJT di BBTKL Surabaya. “On
the Job Training yang akan diikuti peserta dari Makassar sesuai dengan
surat kepala KKP Kelas I Makassar yaitu tentang nyamuk dan Tikus, di mana
pelaksanaannya di Laboratorium Zoonosis BBTKL Surabaya yang berada di
Nongkojajar Kabupaten Pasuruan. Jadi selanjutnya peserta akan berpindah ke
Nongkojajar dan didampingi oleh staff Unit Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pak
Arif Gunawan”.
Hari kedua kegiatan dilanjutkan di Laboraratorium Zoonosis BBTKL
Surabaya, yang berjarak sekitar 72 Km dari Kota Surabaya. Di tempat tersebut
peserta langsung dibimbing oleh drh. Teguh Suranta Sinulingga. drh. Lingga
memaparkan materi pengenalan tikus sebagai materi pertama meliputi: tikus dan
ciri-cirinya, jenis-jenis, perilaku, cara identifikasi, survei dan pengendalian
tikus. Dilanjutkan dengan materi tentang pinjal sebagai Ektoparasit pada tikus,
meliputi: pinjal dan ciri-cirinya, jenis-jenis, perilaku, cara identifikasi, pembedahan,
survei dan pengendalian pinjal. Sebagai ektoparasit, pinjal yang hidup pada
inangnya yaitu tikus merupakan vektor penyakit Pes yang pernah menjadi wabah di
wilayah Pasuruan pada beberapa tahun lalu.
Pada hari berikutnya dilakukan praktek pengenalan tikus dan pinjal antara lain: cara melumpuhkan tikus dengan dislokasi leher, pengambilan darah tikus dari jantung, penyisiran tikus untuk mendapatkan pinjal, pmbedahan untuk mengambil ginjal, identifikasi tikus dan pinjal serta pemisahan serum darah tikus. Pelumpuhan tikus dilakukan untuk dapat dengan mudah melakukan pengambilan darah, pembedahan dan identifikasi tikus. Pelumpuhan tikus pada dasarnya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dislokasi leher, pembiusan dengan cairan Chloroform yang dimasukkan dalam kantong plastik sehingga tikus menghisap Chloroform hingga pingsan dan pembiusan dengan menggunakan spoit yaitu menyuntikkan obat bius ke dalam tubuh tikus. Sedangkan pengambilan darah bertujuan untk mendapatkan darah yang akan dipisahkan serumnya untuk diperiksa apakah mengandung bakteri Yersinia pestis penyebab penyakit Pes. Identifikasi tikus dengan melakukan pengukuran terhadap berat badan, panjang bagian badan (Badan+ekor, ekor, telinga, telapak kaki belakang, kepala dan testis). Selain itu dilakukan juga pengamatan warna rambut pada punggung dan perut serta jumlah mammae. Tikus yang ditemukan dan tertangkap di wilayah Nongkojajar adalah Rattus thiomanicus yang merupakan tikus pohon dan tikus Rattus tanezumi atau tikus rumah. Tikus Rattus norvegicus yang hidup pada saluran air atau got jarang ditemukan karena kondisi alamnya yang merupakan pegunungan sehingga saluran air hanya terisi pada saat hujan dan tidak ada genangan air akibat kemiringan saluran air. Adapun pinjal yang ditemukan umumnya Xenopsylla cheopis dan Stivalius cognatus. Xenopsylla cheopis merupakan vektor penular penyakit Pes dari inangnya yaitu tikus ke manusia. Pinjal yang hidup pada tubuh tikus bagian luar yaitu di sela-sela rambut memakan darah inangnya.
Selain pada tikus, pinjal yang dapat melompat jauh (bisa sampai 3 meter) dapat berpindah ke inang lain seperti kera, unggas bahkan manusia. Perpindahan dapat terjadi ketika inang pertama (tikus) mati atau faktor lain yang menyebabkan pinjal tidak dapat lagi hidup pada inangnya. Materi berikutnya adalah tentang nyamuk yang dibawakan oleh Didik Muhammad Muhdi, S.Si. Materi pengenalan dan identifikasi nyamuk baik pra dewasa maupun dewasa berupa bionomik atau siklus hidup nyamuk (telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa) morfologi (kepala, dada dan perut) serta identifikasi larva dan nyamuk. Nyamuk pra dewasa dan dewasa juga dilakukan praktek identifikasi genus (Anopheles, Culex, Mansonia, Armigeres dan Aedes) dan spesies (Anopheles barbirotris, Aedes aegypti dll). Pada materi nyamuk didapatkan upgrade cara identifikasi nyamuk berupa kunci singkat mengidentifikasi nyamuk sampai ke spesies terutama nyamuk dari genus Anopheles. Praktek di laboratorium dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa larva nyamuk (pra dewasa) dan nyamuk dari genus dan spesies nyamuk Aedes dan Anopheles. Nyamuk aedes terutama Aedes aegypti merupakan vektor utama pada pada penyakit Demam Berdarah Dengue, Zika, Chikungunya dan Yellow Fever. Sedangkan Anopheles pada beberapa spesies menjadi vektor utama penularan penyakit Malaria.
By Ibhe
Bravo kkp mksr...petugas2nya makin handal