| Selamat datang di zona integritas KKP Kelas I Makassar | | Wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani | | Dilarang memberikan suap / gratifikasi dalam bentuk apapun | | Laporkan bila ada permintaan gratifikasi melalui menu WBS pada website ini | | Untuk kemudahan tentang informasi pelayanan KKP Makassar anda dapat mengakses pada menu SIMPEL-TA pada website ini atau whatsapp chatbot di link ini https://wa.link/dkf0b7 | | Wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani | | Selamat datang di zona integritas KKP Kelas I Makassar | | Wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani | | Dilarang memberikan suap / gratifikasi dalam bentuk apapun | | Laporkan bila ada permintaan gratifikasi melalui menu WBS pada website ini | | Untuk kemudahan tentang informasi pelayanan KKP Makassar anda dapat mengakses pada menu SIMPEL-TA pada website ini atau whatsapp chatbot di link ini https://wa.link/dkf0b7 | | Wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani |



Peran Lalat dalam Penularan Penyakit dan Keperluan Forensik


Lalat merupakan hewan yang tidak asing bahkan dekat dengan kehidupan manusia dan kehadirannya yang identik dengan hal-hal yang bersifat kotor seperti sampah maupun bangkai karena merupakan sumber makanan bagi lalat. Dalam perkembangannya, secara umum lalat mengalami metamorfosis sempurna  yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan lalat dewasa.  

Peran lalat pada kehidupan manusia banyak berpengaruh buruk pada kesehatan yaitu sebagai vektor mekanik yang dapat membawa penyakit. Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit dari sampah,  kemudian terjadi perpindahan mikroba ketika lalat hinggap pada makanan sehingga dapat menyebabkan penyakit.  Salah satu spesies lalat yang dekat dengan manusia yaitu Musca domestica atau lebih dikenal dengan lalat rumah yang berkembang biak pada sampah dan mempunyai kemampuan terbang 6-30 kilometer, ini menjadi vektor mekanis yang potensial menularkan penyakit.  Mikroba patogen berupa bakteri, virus maupun parasit dapat menyebabkan penyakit Disentri (Amubiasis), Kolera, Salmonellosis, Polio dan kecacingan.

Lalat dapat berkembang biak dengan cepat, dimana setiap bertelur rata-rata 100-150 telur, sedangkan kepadatan lalat  Musca domestica seperti fenomena gunung es dimana ketika didapatkan sejumlah lalat dewasa maka itu hanya 20% dari populasi, sisanya 80% berupa telur, larva dan pupa.

Spesies lain yang  yang merugikan yaitu Crymsomya megachepala (lalat hijau) dan Sarcophaga sp (lalat daging). Crynsomya megachepala meletakkan telur pada luka hewan sedangkan Sarcophaga sp yang langsung mengeluarkan larva pada tempat yang sama yang dapat menyebabkan infestasi larva lalat pada jaringan hidup/luka dari inang yang ditumpanginya(Miasis).

Lalat yang membawa bibit penyakit dan mempunyai habitat pada tempat yang kotor sehingga perlu dikendalikan dengan menjaga kebersihan lingkungan berupa mengelola sampah dengan baik maupun dengan cara kimia yaitu penyemprotan (spraying) untuk menurunkan populasinya.

Spesies lalat yang mempunyai kebiasaan seperti nyamuk yang menghisap darah yaitu lalat kandang (Stomoxys calcitrans). Bentuknya menyerupai lalat rumah, tetapi berbeda pada struktur mulutnya (probosis) meruncing berfungsi menusuk dan menghisap darah karena lalat betina spesies ini harus mendapatkan darah untuk produksi telurnya.  Stomoxys calcitrans sering dijumpai di sekitar kandang pada peternakan sapi perah atau sapi yang selalu dikandangkan, kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah kaki atau bagian bawah. Gangguan Lalat ini pada ternak  juga dapat menyebabkan produksi susu dan daging menurun.

Terlepas dari kehidupan yang suka dengan tempat yang kotor, lalat mempunyai sisi baik yaitu sebagai hewan pengurai, membantu penyerbukan pada tumbuhan dan sebagai predator ataupun mangsa.


Manusia dalam aktifitasnya menghasilkan limbah padat berupa sampah rumah tangga maupun limbah biologis berupa kotoran manusia (feses). Sampah maupun feses perlu diuraikan agar tidak menumpuk dan menjadi masalah baru.  Di sini lalat akan meletakkan telur karena dekat dengan sumber makanan dan selanjutnya menetas menjadi larva yang akan mengurai sampah maupun feses, hasil penguraiannya akan diserap oleh tanah.

Lalat juga membantu tumbuhan dalam penyerbukan terutama tumbuhan yang tidak memiliki nektar, tidak harum maupun tumbuhan yang tidak berwarna cerah. Tumbuhan ini biasanya dilewati oleh serangga lainnya seperti lebah dan kupu-kupu. Kebiasaan lalat yang hinggap dan terbang kesana kemari sangat membantu ketika serbuk/benang sari tumbuhan melengket di kaki lalat.

“Peran Lalat dalam Forensik”

Peran lalat yang tak kalah pentingnya dan jarang diketahui yaitu pemanfaatan lalat sebagai salah satu serangga dalam entomologi forensik. Perkiraan saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal yang penting, sehingga hampir selalu dicantumkan dalam sebuah kesimpulan autopsi forensik, yang dapat membantu pihak kepolisian dalam konfirmasi alibi seseorang dan  pada gilirannya akan mempersempit daftar tersangka di tangan kepolisian. Tersusunnya daftar tersangka yang tajam dan tepat akan menghemat waktu, tenaga dan dana dalam suatu penyidikan. Entomologi forensik digunakan untuk mengevaluasi aktivitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian, membantu memperkirakan lama waktu kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari satu lokasi kelokasi lain. Lalat cenderung menempatkan telurnya dalam orifisium tubuh atau pada luka terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan berubahnya bentuk luka atau bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari. Bila mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan pada mayat, maka dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara satu sampai dua hari. Angka ini sedikit bervariasi, tergantung pada suhu, kelembaban dan spesies lalat. Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya mencapai tahap pupa.

Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok: pertama spesies nekrofagus yang memakan jaringan tubuh mayat; kedua kelompok predator dan parasit yang memakan serangga nekrofagus dan kelompok ketiga adalah kelompok spesies omnivora yang memakan baik jaringan tubuh mayat maupun serangga yang lain. Dari tiga kelompok ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang paling penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian, bergantung pada waktu dan spesies dari serangga. Serangga dapat mendatangi, makan dan berkembang biak segera setelah kematian dan sejalan dengan proses pembusukan beberapa gelombang generasi serangga dapat menetap pada tubuh mayat. (Baim)

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan