Peran Lalat dalam Penularan Penyakit dan Keperluan Forensik
Lalat merupakan hewan yang
tidak asing bahkan dekat dengan kehidupan manusia dan kehadirannya yang identik
dengan hal-hal yang bersifat kotor seperti sampah maupun bangkai karena merupakan
sumber makanan bagi lalat. Dalam perkembangannya, secara umum lalat mengalami
metamorfosis sempurna yaitu mulai dari
telur, larva, pupa dan lalat dewasa.
Peran lalat pada kehidupan manusia banyak berpengaruh buruk
pada kesehatan yaitu sebagai vektor mekanik yang dapat membawa penyakit.
Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan
kaki-kakinya yang kotor merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit dari
sampah, kemudian terjadi perpindahan
mikroba ketika lalat hinggap pada makanan sehingga dapat menyebabkan penyakit. Salah satu spesies lalat yang dekat dengan
manusia yaitu Musca domestica atau lebih
dikenal dengan lalat rumah yang berkembang biak pada sampah dan mempunyai kemampuan
terbang 6-30 kilometer, ini menjadi vektor mekanis yang potensial menularkan
penyakit. Mikroba patogen berupa
bakteri, virus maupun parasit dapat menyebabkan penyakit Disentri (Amubiasis), Kolera, Salmonellosis, Polio dan kecacingan.
Lalat dapat berkembang biak dengan cepat, dimana setiap
bertelur rata-rata 100-150 telur, sedangkan kepadatan lalat Musca
domestica seperti fenomena gunung es dimana ketika didapatkan sejumlah
lalat dewasa maka itu hanya 20% dari populasi, sisanya 80% berupa telur, larva
dan pupa.
Spesies lain yang yang merugikan yaitu Crymsomya megachepala (lalat hijau) dan Sarcophaga sp (lalat daging). Crynsomya megachepala meletakkan telur pada luka hewan sedangkan Sarcophaga sp yang langsung mengeluarkan larva pada tempat yang sama yang dapat menyebabkan infestasi larva lalat pada jaringan hidup/luka dari inang yang ditumpanginya(Miasis).
Lalat yang membawa bibit penyakit dan mempunyai habitat
pada tempat yang kotor sehingga perlu dikendalikan dengan menjaga kebersihan
lingkungan berupa mengelola sampah dengan baik maupun dengan cara kimia yaitu
penyemprotan (spraying) untuk
menurunkan populasinya.
Spesies lalat yang mempunyai kebiasaan seperti nyamuk yang
menghisap darah yaitu lalat kandang (Stomoxys calcitrans). Bentuknya menyerupai lalat rumah, tetapi
berbeda pada struktur mulutnya (probosis) meruncing berfungsi menusuk dan
menghisap darah karena lalat betina spesies ini harus mendapatkan darah untuk
produksi telurnya. Stomoxys
calcitrans sering dijumpai di sekitar kandang pada peternakan sapi perah
atau sapi yang selalu dikandangkan, kadang menyerang manusia dengan menggigit
pada daerah kaki atau bagian bawah. Gangguan Lalat ini pada ternak juga dapat menyebabkan produksi susu dan
daging menurun.
Terlepas dari kehidupan yang suka dengan tempat yang kotor, lalat mempunyai sisi baik yaitu sebagai hewan pengurai, membantu penyerbukan pada tumbuhan dan sebagai predator ataupun mangsa.
Manusia dalam aktifitasnya menghasilkan
limbah padat berupa sampah rumah tangga maupun limbah biologis berupa kotoran
manusia (feses). Sampah maupun feses perlu diuraikan agar tidak menumpuk dan
menjadi masalah baru. Di sini lalat akan
meletakkan telur karena dekat dengan sumber makanan dan selanjutnya menetas
menjadi larva yang akan mengurai sampah maupun feses, hasil penguraiannya akan
diserap oleh tanah.
Lalat juga membantu tumbuhan dalam penyerbukan terutama
tumbuhan yang tidak memiliki nektar, tidak harum maupun tumbuhan yang tidak
berwarna cerah. Tumbuhan ini biasanya dilewati oleh serangga lainnya seperti
lebah dan kupu-kupu. Kebiasaan lalat yang hinggap dan terbang kesana kemari
sangat membantu ketika serbuk/benang sari tumbuhan melengket di kaki lalat.
“Peran
Lalat dalam Forensik”
Peran lalat yang tak kalah pentingnya dan jarang diketahui
yaitu pemanfaatan lalat sebagai salah satu serangga dalam entomologi forensik. Perkiraan
saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal yang penting, sehingga hampir
selalu dicantumkan dalam sebuah kesimpulan autopsi forensik, yang dapat
membantu pihak kepolisian dalam konfirmasi alibi seseorang dan pada gilirannya akan mempersempit daftar tersangka
di tangan kepolisian. Tersusunnya daftar tersangka yang tajam dan tepat akan menghemat
waktu, tenaga dan dana dalam suatu penyidikan. Entomologi forensik digunakan
untuk mengevaluasi aktivitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu
memperkirakan saat kematian, membantu memperkirakan lama waktu kematian dan menentukan
apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari satu lokasi kelokasi lain.
Lalat cenderung menempatkan telurnya dalam orifisium tubuh atau pada luka
terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan berubahnya bentuk luka
atau bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat umumnya terdeposit pada
mayat segera setelah kematian pada siang hari. Bila mayat tidak dipindahkan dan
hanya telur yang ditemukan pada mayat, maka dapat diasumsikan bahwa waktu
kematian berkisar antara satu sampai dua hari. Angka ini sedikit bervariasi,
tergantung pada suhu, kelembaban dan spesies lalat. Setelah menetas, larva berkembang
lebih besar hingga akhirnya mencapai tahap pupa.
Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok: pertama spesies nekrofagus yang memakan jaringan tubuh mayat; kedua kelompok predator dan parasit yang memakan serangga nekrofagus dan kelompok ketiga adalah kelompok spesies omnivora yang memakan baik jaringan tubuh mayat maupun serangga yang lain. Dari tiga kelompok ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang paling penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian, bergantung pada waktu dan spesies dari serangga. Serangga dapat mendatangi, makan dan berkembang biak segera setelah kematian dan sejalan dengan proses pembusukan beberapa gelombang generasi serangga dapat menetap pada tubuh mayat. (Baim)