| Selamat datang di zona integritas KKP Kelas I Makassar | | Wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani | | Dilarang memberikan suap / gratifikasi dalam bentuk apapun | | Laporkan bila ada permintaan gratifikasi melalui menu WBS pada website ini | | Untuk kemudahan tentang informasi pelayanan KKP Makassar anda dapat mengakses pada menu SIMPEL-TA pada website ini atau whatsapp chatbot di link ini https://wa.link/dkf0b7 | | Wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani | | Selamat datang di zona integritas KKP Kelas I Makassar | | Wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani | | Dilarang memberikan suap / gratifikasi dalam bentuk apapun | | Laporkan bila ada permintaan gratifikasi melalui menu WBS pada website ini | | Untuk kemudahan tentang informasi pelayanan KKP Makassar anda dapat mengakses pada menu SIMPEL-TA pada website ini atau whatsapp chatbot di link ini https://wa.link/dkf0b7 | | Wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani |



Pertemuan Analisis Risiko Kejadian Zoonosis yang Berpotensi Wabah dengan Pendekatan One Health Melalui Joint Risk Assesment Pada Tanggal 21 – 24 April 2021


Pertemuan Analisis Risiko Kejadian Zoonosis yang Berpotensi Wabah dengan Pendekatan One Health melalui Joint Risk Assesment (JRA)  diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 21 – 24 April 2021 di Best Western Plus Makssar Beach Hotel. Pertemuan ini diikuti oleh peserta dari berbagai lintas sektor dan program, antara lain Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Makassar, Pengelola Program P2PTVZ, Pengelola Program P2ML, dan Pengelola Program Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

 

Selain itu pertemuan tersebut juga dihadiri oleh peserta dari beberapa kabupaten antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Dinas Lingkungan Hidup yang terdiri dari Kabupaten Bone, Bulukumba, Gowa, Kepulauan Selayar, Luwu, Luwu Timur, Maros, Pangkep, Jeneponto, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Tana Toraja, dan Wajo.

 

Pertemuan ini dilatar belakangi oleh berbagai tantangan terhadap risiko kedaruratan kesehatan di Indonesia yang salah satunya adalah penyakit Infeksi Emerging, dimana penyakit ini merupakan salah satu bagian ancaman biologi yang perlu mendapat perhatian kesehatan global karena berpotensi menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan memerlukan respon cepat.

 

Panitia dalam laporannya mengatakan bahwa tujuan dari pertemuan ini untuk memperkenalkan konsep penilaian risiko terhadap  instrumen Joint Risk Assesment (JRA) Penyakit Zoonosis yang disusun oleh kolaborasi antara World  Health Organization  (WHO) dengan Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation  for Animal  Health (OIE) pada tahun 2017, serta memberikan rekomendasi pemanfaatan instrument Joint Risk Assessment di Sulawesi Selatan.

 

Pertemuan tersebut dibuka secara resmi oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dr. H. M. Ichsan Mustari, MHM. Dalam sambutannya saat membuka pertemuan beliau  mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah penyakit Zoonosis harus dilakukan dengan bergandeng tangan semua lintas sektor yang terlibat dalam one health, sehingga tujuan one health dapat segera tercapai. Ichsan juga mengatakan hendaknya kita mengambil pelajaran dari kejadian pandemi Covid-19 saat ini yang awalnya juga merupakan penyakit Zoonosis.

 

Semua Narasumber sepakat bahwa Penilaian risiko pada kasus Zoonosis dan  penyakit menular  lainnya  membutuhkan  pendekatan  serta  kebijakan yang  menyeluruh  dari  semua sektor  sebagai sebuah satu kesatuan utuh konsep one health yang sudah dikenalkan sejak tahun 2006-2008 yang lalu agar  risiko  dan  ancaman terjadinya  penularan  antar  manusia dapat dicegah.  WHO,  FAO, dan OIE  mulai  mengembangkan  alat  operasional penilaian risiko  bersama  atau  disebut  Joint Risk  Assessment (JRA)  pada  tahun 2014  dan diselesaikan  pada tahun  2017.

 

Alat  ini  merupakan panduan  operasional  pertama yang membawa pakar dari berbagai sektor dan disiplin ilmu untuk menilai ancaman Zoonosis yang  ada  dan  baru  serta  penyakit menular lainnya  yang  muncul  pada  manusia.  Pada toolkit  ini  mempertimbangkan antarmuka manusia – hewan - lingkungan dan dikembangkan untuk  memungkinkan penilaian risiko kualitatif yang objektif dan realistis. Hasil  dari  JRA  digunakan  untuk mendukung proses  penilaian risiko  kesehatan publik  nasional  sehingga  negara  dapat  lebih memahami dan dengan cepat melaporkan dan mengelola  ancaman  nasional  dari  penyakit Zoonosis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko bersama atau  JRA digunakan oleh  para  lintas sektor dan lintas program  yang bertanggungjawab  atas  kesehatan manusia, kesehatan  hewan,  dan  lingkungan  yang memiliki  peran  dalam  pengendalian  dan penanggulangan  ancaman  Zoonosis  dengan menyediakan  prinsip-prinsip  penilaian  risiko bersama  dan  perannya  dalam  pembuatan kebijakan.  

 

Masing-masing kabupaten/ Kota melakukan diskusi dengan mengangkat penyakit Zoonosis yang akan menjadi bahan JRA diantaranya Rabies, Anthrax, dan Flu burung. Diskusi yang sangat menarik tentunya karena masing-masing menyampaikan pandangan profesionalnya masing-masing.

“Saya memandang penting Joint Risk Assesssment (JRA) Tools ini betul-betul bisa kita lihat dan kita adopsi serta kita sesuaikan dengan berbagai kondisi yang ada di daerah masing-masing. Melihat antusias dan keterlibatan peserta. tentu ini menjadi nilai yang lebih pada saat kita bicara tentang mekanisme koordinasi. Hal  penting adalah sebuah konsep Risk Assessment itu tidak hanya kemudian kita bicara respon di dalam rangka penyelesaian persoalan tapi yang lebih penting menurut saya adalah bicara tentang penyiapan dan pencegahan, jadi tidak hanya bicara pada saat kasus sudah terjadi”, dr. H. Erwan Tri Sulistyo, M.Kes selaku Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan menyampaikan dalam acara penutupan.

 

Lanjut dr. H. Erwan  bahwa  Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Provinsi pertama yang diperkenalkan JRA Tools ini. Tentu ini suatu hal yang positif karena sering kali kita juga melihat bahwa Sulawesi Selatan sering dihadapkan dengan kebencanaan dan beberapa penyakit Zoonotik. Selain itu interaksi antara manusia dan hewan yang sangat erat karena sering kali menjadi bagian dari kultur masyarakat bukan hanya sekedar sebagai bagian dari kerangka kebutuhan ekonomi tetapi sekaligus juga bagian dari kultur masyarakat. (KMD).

KOMENTAR

Tinggalkan Pesan